Rabu, 25 Januari 2023

Kelas 1 SD

Pada bulan Juni 2006 lalu aku masuk sekolah SD NEGERI 104 OKU yang beralamat di Desa Ulak Pandan Kec. Semidang Aji Kab. Ogan Komering Ulu yang juga merupakan tempat tinggalku sendiri. Pasa saat libur pada semester itu aku disunat oleh bidan Umak Putri atas permintaan kedua orang tuaku. Saat selesai disunat rasa sakitnya belum begitu terasa pada saat itu, namun baru terasa pada malam dan keesokan harinya.

Tangisku nyaring menggelegar membuat kaget burung-burung dan orang disekitarku. Saat mandi dulu waktu itulah yang aku takutkan dari sunatanku dan memakai baju besar dan longgar selama sunatanku belum membaik. Disaat temannku bermain aku hanya bisa duduk dan melihat mereka.

Pada bulan Mei tahun 2007, saat itu semester kedua (genap). Pada hari sabtu, minggu kedua pada bulan itu kami diberitahukan oleh wali kelas kami oleh Ibu Yudarmawati, S.Pd. kalau masuk sekolah hari senin nanti membawa raport hasil belajar yang diberikan pada bulan Desember akhir semester ganjil tahun 2006 kemarin. Ketika aku pulang sekolah pada hari itu aku langsung memberitahukannya kepada bibiku Anita namanya.

Kemudian aku bergegas mandi dan bermain bersama teman-teman yang lainnya sebagaimana hari-hari yang kemarin kami lalui. Pada keesokan harinya aku membuat pek empek bakwan bersama bibiku tak lupa juga secangkir kopi sebagaimana yang biasanya diberikan oleh kedua orang tuaku saat pagi harinya sebelum beraktivitas.

Siang harinya karena cuacanya cerah dan panas pada pukul satu aku tidur dikamar tidurku sendirian hingga pukul tiga sore, ketika aku bangun cuacanya sudah sejuk dan matahari pun berlah tenggelam di upuk barat. Sore itu aku mandi disungai dan berenang-renang ditepian walaupun begitu rasanya sudah berada ditengah-tengah sungai yang deras pada waktu itu.

Tibalah pada hari senin yang sejuk dan indah, setelah sarapan pagi kemudian aku memakai sepatu, pamit dan berangkat kesekolah. Tanpa rasa kekurangan sesuatu apapun dan rasa bahagia yang ada. Setibanya didalam kelas, belum sempat duduk dibangku kelas aku langsung keluar kelas dan pulang kerumah kembali karena lupa membawa raport yang diminta oleh wali kelas ku, karena rumahku dekat dengan sekolah hanya perlu waktu dua menit saja itu tiba dirumah.

Kemudian aku meminta bibiku untuk membuka lemari tempat menyimpan raportku dikamar, kemudian raportnya aku masukkan kedalam tas tanpa ku cek dan ku baca terlebih dahulu. Aku langsung pamit dan berangkat kesekolah, setibanya kembali dikelas teman-temanku berkerumun dimeja guru, tadinya aku menyangka kalau sudah ada guru yang masuk ternyata dia adalah bapak temanku Arsil namanya.

Kemudian aku bertanya kepada teman ku, ada apa Don? Kata ku. Ini ca rapotmu sudah ditanda tangani belum? Katanya padaku. Yang mana Don? Kata ku. Coba kamu buka rapotnya, setelah aku buka ternyata belum juga di tanda tangani. Si doni pun langsung meminta untuk ditanda tangani kepada Pak Arsil dan bergilir setelah temanku yang sudah duluan datang.

Setelah selesai ditanda tangani tenang sudah rasanya diri ini kemudian aku duduk dibangku ku yang berada di belakang dekat jendela. Setelah selesai upacara rutin setiap hari senin kemudian ibu Yudarmawatinya masuk kekelas kami, kemudian dia meminta kepada kami untuk mengumpulkan raportnya. Setelah kami mengumpulkan masing-masing raport kami, kemudian ibu gurunya menghitung jumlah raportnya dan ternyata ada lima orang yang belum mengumpulkan raportnya.

Dan teman-temanku itu sampai-sampai sudah ada yang menangis ditempat duduknya. Ketika bu guru bertanya kepada mereka, kenapa mereka tidak mengumpulkan raportnya, jawaban mereka ada yang belum dapat rapot, hilang, dicuri, hanyut, terbakar, yang alasannya membuat kami semua tidak bisa menahan tawa.

Tapi bu guru pun tidak menghiraukan semua itu, dia tahu bagaimana keadaan kami saat itu. Ada yang tinggal bersama kakeknya, neneknya, pamannya, bibinya, atau kakaknya dirumah, dan ada juga orang tua yang paginya berangkat bekerja dan pulangnya sore. Sehingga tidak diberitahukan kepada mereka dimana mereka menyimpan raportnya.

Bu guru meminta kepada mereka yang belum mengumpulkan rapotnya untuk membawanya besok karena nilai akan segera ditulis disana dan akan segerah dibagikan kembali, selanjutnya libur semester genap akan diumumkan dan juga hasil belajar tersebut akan menjadi penentu naik kelas atau tidaknya bagi kami.

Dan tibalah pada hari sabtu, pagi itu kami membersihkan seluruh halaman sekolah dari halaman depan sampai ke halaman belakang, karena selama kami libur nantinya tidak ada yang akan membersihkan halaman sekolah tersebut. Setelah semuanya selesai kemudian kami diminta oleh bapak ibu guru untuk mencuci tangan terlebih dahulu baik disungai, disumur, di WC yang ada bak airnya.

Setelah itu kami diminta berbaris dan diumumkan oleh kepala sekolah pada waktu itu Ibu Wisrowati, S.Pd. yang sudah bergelar PNS. Bahwa sekolah diliburkan selama dua minggu dan akan masuk kembali nantinya seperti biasanya.

Kemudian raport kami dibagikan oleh wali kelas masing-masing, tapi kami bingung kenapa wali kelas kami tidak membagikan raport kami padahal raport kelas-kelas yang lainnya sudah hampir selesai dibagikan.

Ternyata pada hari itu wali kelas kami tidak bisa hadir karena ada keperluan ke Baturaja dan raport kami dibagikan oleh Bapak Sarmini barulah kami semua bisa meras tenang.

Setelah pembagian raport kami semua pun pulang, dengan rasa bahagia. Saat tiba dirumah aku minta kepada bibiku untuk mengecek raportku naik kelas atau tidak, dan ternyata aku dinyatakan naik kekelas dua. Siang harinya sekitar pukul 11.30 ibuku pulang dari kebun setelah kurang lebih satu minggu disana.

Keesokan harinya aku langsung berangkat kekebun bersama ibu, dan bibiku. Seperti saat libur pada semester pertama kemarin pada semester ini aku juga akan menghabiskan libur sekolahku dikebun bersama keluarga. Libur semester seperti inilah yang aku harapkan karena pada saat itu aku merasa lebih bebas menatap alam hijau yang membentang luas disana.

Selama libur sekolah tidak ada waktu yang ku biarkan berlalu dengan sia-sia begitu saja. Semua aktivitasku padat setiap harinya dari pagi hingga sore harinya. Sementara siang dan malam pun silih berganti hingga sampailah pada saatnya kami masuk sekolah. Padahal rasanya masih kurang sekali untuk menikmati liburan disana. Tapi aku yakin kalau masih ada kesempatan dilain waktu lagi untukku bersenang-senang kembali. 

Selasa, 06 Desember 2022

Minggu Pertama Sekolah di Bulan Maret

Pada usia ku 6 tahun menginjak 7 tahun pada saat itu aku duduk di bangku kelas 1 SD semester 2 (genap), minggu itu aku tinggal bersama pamanku karena kedua orang tua ku bekerja dikebun yang pulangnya hanya 1 minggu 1 kali, dan kadang-kadang pun bahkan 2 minggu pulangya 1 kali.

Siang itu aku diajak menjaring ikan oleh pamanku, pada saat tiba dipinggir Sungai Ogan aku diminta oleh pamanku naik ke pundaknya untuk menyemberang ke lapangan di tengah sungai tersebut, disana terkadang aku duduk, berdiri, dan berkeliling lapangan tersebut, sembari memegang hasil jaringan ikan pamanku tersebut.

Hari semangkin siang dan memanas, kemudian pamanku mengajakku pulang kerumah. Setibanya dirumah aku langsung mengganti pakaian ku, saat aku duduk-duduk di ruang tamu, aku pun tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi dikejar oleh gerombolan ikan yang mengenai jaringku.

Akupun berlari menghindar dari kejaran ikan-ikan tersebut tak sadar aku sudah berada di tengah-tengah sungai tersebut dan ombak besar menerpa tubuhku yang membuatku terhanyut, dan akupun terbangun.

Kemudian aku mencuci muka dikamar mandi, dan setelah selesai mencuci muka, aku duduk di meja makan, dan ternyata ikan hasil tangkapan ku bersama dengan pamanku tadi sudah selesai dia masak. 

Ada yang digoreng dan sebagian juga dibuat menjadi sambal ikan. Aku yang biasanya makan hanya sepiring, sekarang menjadi 2 piring. Sebenarnya ingin nambah lagi tapi nasinya yang sudah habis, ditambah minum dengan dua gelas air putih membuat tubuhku menjadi lebih segar dan kuat.

Kurang lebih 5 menit aku duduk di teras rumah setelah makan, kemudian aku main kelereng bersama teman-temanku. Keringat semangatku keluar membasahi pakaianku, haripun sudah sore, aku dan kawan-kawanku mandi di sungai dan loncat-loncatan dari atas pohon ke sungai yang tenang sehingga tidak membuat kami hanyut terbawa arus saat terjun.

Hari mulai gelap karena sudah hampir jam 6 sore, kamipun pulang kerumah masing-masing. Setelah sholat magrib kami main wayang kertas yang bergambarkan pemeran-pemeran dalam film kolosal dulu seperti, Tutur Tinular, Angling Darma, Jaka Tingkir, Wiro Sableng, serta pemeran-pemeran film kolosal lainnya.

Kamipun tertawa terbahak-bahak, karena ada yang kalah hingga meminjam wayang kertas kepada kami yang menang dan juga yang masih mempunyai banyak wayang kertas tersebut. Dan yang paling serunya lagi sudah menang dan si Diki malah mengalami kekalahan, karena yang tadinya beruntung menjadi kalah.

Saat temanku masih seru-seruan main, aku tidur di sofa rumah Alex, karena rasa ngantuk yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Azan subuh pun berkumandang akupun terbangun dan ternyata aku masih tidur dirumah Alex, karena mereka sengaja tidak membangunkan ku yang tertidur lelap, mereka tahu bahwa aku kecapekan karena aktivitas tadi siang.

Ketika aku sudah terbangun, aku pun pamit pulang kepada Alex karena dia hanya tinggal sendiri dirumah, dan orang tuanya juga berkebun yang jauh dari desa kami.

Sesudah aku madi dan sarapan aku pun berangkat ke sekolah bersama teman-teman ku, karena hari itu hari senin kami melaksanakan upacara bendera dengan cuaca yang sangat cerah sekali petugas upacaranya hari itu adalah giliran kelas 4.

Sebenarnya aku ingin tertawa saat pembacaan teks Pembukaan UUD 1945 oleh petugasnya karena ada kekeliruan saat membacanya. Tapi aku menahan rasa ingin tertawa tersebut, yang mungkin muka ku kalau bercermin kelihatan memerah.

Setelah selesai upacara bendera rutin setiap hari senin kami pun masuk ke kelas dengan rasa lelah, dan dilanjutkan dengan jam pelajaran matematika yang membuat tubuh dan pikiranku semakin lelah, hari itu tidak seperti hari kemarinnya yang cerah dan bahagia.

Tapi karena gurunya yang memotivasi saat belajar membuat ku hari itu sama dengan hari kemarinya, yang sama-sama cerah dan juga bahagia.

Setelah aku pulang sekolah hari itu, aku pun mandi dan sarapan dirumah. Akupun tertidur sampai sore, selanjutnya aku makan malam bersama pamanku dengan lauk tempe goreng dan sayur asem.

Kemudian aku belajar berhitung kepada pamanku hingga pukul 9 malam, kemudian aku tidur dikamar sendirian karena pamanku main kerumah temannya. Besoknya kami kembali masuk sekolah saat itu kami belajar bernyanyi yang berjudul Bintang Kecilku.

Membuat jam pelajaran hari itu terasa seru sekali. Saat aku pulang sekolah besoknya ibuku pulang dari kebun, dia pulang sekalian menengok ku dan untuk berbelanja setiap pasar hari kamis di desaku.

Siang hari itu aku dikasih uang 500 rupiah oleh ibuku, saat itu uang sebesar itu dapat membeli 5 butir permen atau 5 butir kelereng atau 5 butir kerupuk yang harganya 500 rupiah sekarang per satu butirnya.

Pagi kamis hari itu, aku ikut ibuku ke pasar kemudian aku diantarnya ke sekolah menyemberang jalan, karena sekolahku itu letaknya di depan pasar kamis yang hanya dipisahkan oleh jalan raya, saat aku duduk didalam kelas aku makan roti goreng yang dibelikan oleh ibuku dipasar tadi.

Satunya aku makan dan satunya aku berikan ke temanku namanya Agung Dimas Wijaya, rumanya berada diseberang sungai ogan yang jaraknya sekitar kurang lebih 300 meter dari sekolah.

Karena kami berangkatnya masih pagi kelas pun masih sepi. Sudah makan roti tersebut kami pun berkeliling halaman sekolah dan menonton kakak kelas kami bermain kelereng hingga waktunya kami masuk ke kelas dan belajar seperti biasanya.

Sampai disini dulu ya teman-teman cerita yang berjudul " Minggu Pertama Sekolah di Bulan Maret " ini. Semoga kalian semua terhibur dan jangan lupa tinggalkan komentar terbaik kalian dibawah cerita ini ya, sampai jumpa.

Minggu, 26 Juli 2020

Kekayaan Membuat Lupa

Dikisahkan pada zaman dahulu kalah hiduplah sepasang suami-istri yang rukun di desa Kampung Bayam, mereka mempunyai anak yang bernama Wanda. Setiap hari pak Kusar dan ibu Naila pergi ke pasar menjual hasil kebun yang mereka jaga selama berbulan-bulan setelah menanamnya. 

Mereka rajin beribadah, bersedekah, memberi orang miskin, bahkan menyantuni anak yatim, mereka berharap ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Sungguh kerja keras dan kebaikan merekah memang layak ditiru masyarat lain yang ada di kampung halamanya. 

Setelah lima tahun kemudian pak Kusar menjadi pedagang yang sukses, dia membeli rumah, mobil dan barang-barang lainya. Tapi suatu ketika ada seseorang yang tidak dikenal yang meminta sedekah kepada keluarga tersebut, “ nak mintak sedekahnya sedikit saja, saya sudah dua hari tidak makan saya merasa lapar sekali, nak “ kata seorang nenek yang nampak begitu pucat.

Maaf nek kami tidak bisa memberi nenek makan, kalau nenek mau makan nenek harus kerja nanti baru nenek akan dapat uang untuk beli makan ( kata pak Kusar ) . Nak sungguh rezeki yang kalian berikan kepada nenek tidak akan mengurangi kekayaan kalian. 

Ayah kasihan neneknya dia nampak begitu pucat, kasihkan aja makananya yah makanan yang kita miliki ini lebih dari cukup untuk makan kita sehari-hari “ kata Wanda “ . Nak nanti nenek ini terbiasa meminta-minta makanya makananya gak usah dikasih supaya dia kerja.

Baiklah nak, kalau kamu tidak mau memberikan makanya untuk nenek tidak apa-apa tapi kalian jangan lupa ya darimana kekayaanmu didapatkan. Cu nenek pergi dulu ya kamu rajin-rajin ibadahnya ya “ kata nenek kepada Wanda”. 

Iya Nek, Nenek hati-hati dijalan ya semoga kita bisa bertemu lagi nanti, Nek “sambil meneteskan air mata“. Ibu Wanda yang meliat dari jendela rumahnya ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Wanda. Kemudian ayah Wanda pergi keluar rumah tampa pamit sama sekali, Wanda masuk kedalam rumah dan dihampiri oleh ibunya. 

Anakku janganlah kamu bersedih semoga nanti kita bisa dipertemukan kembali dengan nenek yang tadi ya “ dengan berlinang air mata “ Iya bu “jawab anaknya”.

Pagi pun datang bersama dengan indahnya mentari, embun yang menyejukkan hati, namun tidak dengan pak Kusar hatinya selalu keras tidak mau mendengarkan orang lain. Hari itu dia pergi ke masjid karena ada acara bakti sosial membersihkan masjid dikampung halamya sendiri, di masjid itu mereka menyalurkan bantuan berupa uang untuk membantu memperbaiki kerusakan masjid tapi pak Kusar dia tidak ikhlas apabila uangnya harus ia sumbangkan untuk masjid. 

Walaupun begitu pak Kusar tetap memberikan uangnya agar sedekahnya kelihatan baik didepan para bapak-bapak yang lainya. Selesai acara itu semuanya pulang kerumah masing-masing, ketika di perjalanan pulang ada seorang anak kecil yang meminta sedekah kepada pak Kusar. 

Namun pak Kusar tidak mau memberinya sedekah sedikitpun dia lalu pergi meninggalkan anak itu, ketika dia menengok ke belakang anak itu telah menghilang betapa terkejutnya dia.

Pak Kusar tetap saja tidak perduli dengan ujian-ujian yang menghampirinya, mala dia melewatkan ujian tersebut, saat melanjutkan perjalanan pulang dia bertemu dengan wanita yang masih begitu mudah namanya adalah Ria dia baru pulang dari kota tapi dia tidak tahu lagi dimana tempat tinggalnya. 

Pak Kusar menghampirinya, kamu dari mana kok bawa barangnya banyak sekali. Saya baru pulang dari kota Palembang tapi saya tidak tahu lagi dimana tempat tinggal saya. Bagaimana kalau kamu untuk sementara tinggal di rumah ku dulu, nanti kalau rumahnya udah ketemu kamu bissa pulang kesana. 

Beneran pak, saya sangat mau tinggal di tempat bapak apalagi sekarang udah sore tapi gak ngerepotin kan pak. Ya tentu saja gak lah ayo kita pulang.

Sampai di rumah pak kusar langsung menyuruh istri dan anaknya untuk masak sampai-sampai pada akhirnya dia mengusir istri dan anaknya tersebut. Dia menikah dengan Ria dia pergi ke tempat-tempat yang mewah dan ternama sehingga dia lupa dengan segala ibadah dan kewajibnnya dia berjudi, minum-minuman keras. 

Sampai akhirnya dia meninggal karena sakit yang dideritanya karena suka minum-minuman keras, dia meninggal dalam keadaan dimurkahi oleh Allah SWT. Begitulah cerita orang yang dulunya sangat baik tapi karena kemewahanya dia lupa dengan segala yang diberikan oleh sang maha pencipta.